kasihruang.com – Internasional, Pada Sabtu, 15 Maret 2025, Amerika Serikat melancarkan serangan militer besar-besaran ke wilayah Yaman, dengan sasaran utama adalah kelompok Houthi yang mendapat dukungan dari Iran. Dalam gelombang serangan pertama, sedikitnya 19 orang, termasuk anak perempuan, dilaporkan tewas.
Menurut laporan yang dirilis oleh Houthi di ibukota Sanaa pada Minggu, 16 Maret 2025, sekitar 13 warga sipil tewas, sementara sembilan lainnya mengalami luka-luka. Al Jazeera melaporkan bahwa korban yang meninggal termasuk empat anak-anak dan seorang perempuan, dengan sebelas orang lainnya dilaporkan terluka.

Di sisi lain, Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) mengonfirmasi bahwa serangan tersebut adalah tindakan “terukur” yang dilakukan untuk melindungi kepentingan Amerika, menghalau ancaman, dan menjaga kebebasan navigasi internasional. CENTCOM juga membagikan gambar pesawat tempur yang terbang dari kapal induk serta visual bom yang menghancurkan kompleks bangunan di Yaman.
Sebelumnya, kelompok Houthi sempat menghentikan serangan-serangan mereka setelah adanya gencatan senjata di Gaza pada Januari. Namun, pada 11 Maret 2025, mereka menegaskan akan melanjutkan serangan mereka hingga Israel mencabut blokade bantuan untuk Palestina yang terdampak perang.
Presiden AS, Donald Trump, menyatakan dalam pidatonya, “Waktu kalian sudah habis, dan serangan kalian harus berhenti mulai hari ini. Jika tidak, neraka akan turun atas kalian seperti yang belum pernah kalian lihat sebelumnya.” Dalam pernyataan lain yang dilaporkan AFP, Trump memperingatkan, “Jangan mengancam rakyat Amerika, Presiden AS, atau jalur pelayaran kami. Jika kalian melakukannya, waspadalah, karena Amerika akan meminta pertanggungjawaban penuh kepada kalian dan kami tidak akan bersikap baik.” Pernyataan ini menunjukkan sikap yang berbeda dengan kebijakan awal Trump, yang sebelumnya cenderung menghindari keterlibatan langsung dalam konflik.
Pada awal Maret 2025, Amerika Serikat mengeluarkan keputusan resmi yang mengklasifikasikan kelompok Houthi sebagai Organisasi Teroris dan melarang interaksi dengan kelompok tersebut. Sejak 2023, kelompok Houthi telah menyerang armada kapal perang AS sebanyak 174 kali dan kapal dagang 145 kali, menurut juru bicara Pentagon, Sean Parnell.

Kelompok Houthi, melalui saluran TV Al Masirah, menyatakan bahwa mereka akan membalas serangan tersebut dan siap menghadapi kemungkinan perang skala penuh. Mengingat hubungan erat Houthi dengan Iran, kemungkinan keterlibatan Iran dalam konflik ini juga sangat terbuka, mengingat Amerika Serikat adalah musuh utama bagi keduanya di Timur Tengah.
Penulis:#Evan Edo Prasetya,