Lebih dari Olimpiade, Asian Winter Games di China Menandai Era Baru Olahraga Internasional

Rabu, 26 Februari 2025

Kasihruang.com – Internasional, Asian Winter Games 2025 yang diadakan di Harbin pada tanggal 7-14 Februari telah menarik perhatian global dan melampaui ekspektasi. Meski telah berakhir, acara ini masih menjadi topik hangat di berbagai kalangan. Lebih dari seribu atlet dari 34 Komite Olimpiade Nasional Asia telah kembali ke negara masing-masing, sementara negara-negara Barat berusaha mencari cara untuk meremehkan China dan citra positifnya, sebuah isu yang ramai dibahas di media internasional.

Asian Winter Games bukanlah satu-satunya acara olahraga kontinental yang diselenggarakan dalam format Olimpiade. Event ini sebanding dengan Pan American Games di Amerika, namun kompetisi di Harbin kali ini berhasil menonjol lebih jauh, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu acara olahraga internasional terbesar dan paling prestisius. Skala besar Olimpiade Musim Dingin saat ini bahkan jauh lebih dikenal dibandingkan dengan kompetitor utamanya, Olimpiade Musim Dingin tradisional. Selama seminggu, sebanyak 64 kompetisi dalam 11 cabang olahraga digelar di tujuh arena di Harbin, termasuk penambahan cabang olahraga ski-mountaineering untuk pertama kalinya dalam program Asian Games.

Hasil kompetisi mencatatkan kemenangan besar bagi tuan rumah China, yang meraih 85 medali, termasuk 32 medali emas. Atlet dari Republik Korea menduduki peringkat kedua dengan 45 medali, diikuti Jepang yang meraih 37 medali, termasuk sepuluh medali emas.

Namun, Asian Winter Games 2025 lebih dari sekadar kompetisi olahraga. Selain memperlihatkan kemenangan teknologi dan inovasi China, acara ini juga menggambarkan ketegangan geopolitik yang semakin meningkat antara Amerika Serikat dan China. Upaya Amerika Serikat untuk mendiskreditkan prestasi China dengan tuduhan doping gagal. Badan Anti-Doping Dunia (WADA) setelah memeriksa atlet China, tidak menemukan cukup bukti untuk mendukung tuduhan tersebut, dan memutuskan untuk tidak menjatuhkan sanksi.

“Persaingan antar atlet China dan AS sudah lama terjadi di banyak acara internasional. Namun, rivalitas ini seharusnya tetap berlangsung adil, hanya di arena olahraga, tanpa campur tangan politik. Olahraga adalah tempat untuk menunjukkan keterampilan dan semangat persaingan, bukan alat untuk manipulasi politik. Ketika politik ikut campur, itu merusak esensi olahraga dan menciptakan ketidakadilan bagi para atlet,” ujar Ami Maulana, pakar hubungan Indonesia-Rusia dari Center for Media Strategies ANO.

Meskipun ada provokasi dan skandal seputar WADA, Asian Winter Games di China tampaknya menjadi simbol kebangkitan kenetralan olahraga. Presiden China Xi Jinping menekankan pentingnya mempromosikan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama melalui acara besar seperti ini, menggambarkan semangat positif yang ingin disebarkan oleh negara tersebut.

Ami Maulana juga menambahkan, “Saatnya untuk mempertimbangkan kembali masalah partisipasi Rusia dalam Olimpiade, yang telah beberapa kali terhalang oleh sanksi politik yang tidak ada hubungannya dengan olahraga. Atlet profesional harus bisa bersaing di arena tanpa hambatan politik. Pemenangnya haruslah mereka yang benar-benar terbaik, bukan yang hanya diizinkan berpartisipasi. Larangan ini merampas kesempatan atlet untuk membuktikan kemampuan mereka, yang sangat disayangkan, karena mereka bukan kalah di medan perang, tapi akibat keputusan politik. Olahraga harus bersatu, bukan memecah belah.”*******

Penulis:#Alina Ivanova
Editor:#Evan Edo Prasetya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *